Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko |
Jakarta, TURBINSU,- Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menyebut penyelenggaraan Ijtimak Ulama III, yang disampaikan Ketua Umum DPP Front Pembela Islam (FPI) Sobri Lubis terindikasi untuk menciptakan gerakan massa usai pemungutan suara Pemilu 2019.
Indikasi itu, kata Moeldoko dapat dilihat dari isu kecurangan Pemilu yang akan dibawa dalam Ijtimak Ulama tersebut.
loading...
"Iya bisa ke arah situ (menciptakan gerakan). Karena apa? Persoalan kecurangan itu selalu dihembuskan. TSM itu ya, terstruktur, sistematis, masih, ada satu lagi luar biasa. Ini menurut saya sebuah upaya yang harus kita hentikan," kata Moeldoko di kantornya, Jakarta, Jumat (26/4).
Moeldoko meminta semua pihak tak langsung menjustifikasi sebuah persoalan yang belum tuntas. Menurutnya, dugaan kecurangan maupun kelalaian dalam pesta demokrasi lima tahunan bisa diselesaikan melalui jalur konstitusional.
"Bukan dengan Ijtimak, itu apa urusannya itu. Urusan politik kok dicampur adukan enggak karu-karuan, sehingga membingungkan masyarakat," ujarnya.
Saat ditanya apakah sebaiknya rencana menggelar Ijtimak Ulama III itu dibatalkan, Moeldoko tak menjawab tegas. Mantan Panglima TNI itu hanya menyebut masyarakat saat ini membutuhkan situasi yang aman dan nyaman.
"Menurut saya dalam suasana yang seperti sekarang ini masyarakat membutuhkan suasana yang nyaman. Jangan menciptakan suasana yang menakuti masyarakat," tuturnya.
loading...
Pemerintah antisipasi
Lebih lanjut, Moeldoko mengatakan bahwa pemerintah juga telah siap jika ada kelompok masyarakat yang ingin membuat gerakan usai Pemilu. Ia mewanti-wanti agar kelompok masyarakat tak menunggangi masalah Pemilu untuk merancang sebuah gerakan.
"Kalau ada cara-cara bagaimana menciptakan sebuah trigger dengan upaya-upaya bisa dengan cara disiapkan dengan baik dan seterusnya. Untuk itu kami juga siap menghadapi situasi seperti itu," ujarnya.
Pensiunan jenderal bintang empat itu mengatakan bahwa pemerintah terus memantau dari indikasi membuat gerakan massa karena tidak puas dengan hasil Pemilu. Moeldoko meminta agar tak mencoba-coba menciptakan sebuah gerakan karena nantinya merugikan masyarakat
"Kita harus menyelesaikan dengan cara-cara kesatria, bukan dengan cara cara yang tidak baik. Itu perlu saya sampaikan agar apa? Agar kita semuanya kembali kepada terciptanya sebuah kondisi yang semua dari kita bisa menikmati dengan baik," kata Moeldoko.
Sebelumnya, Ketua Umum DPP Front Pembela Islam (FPI) Sobri Lubis menyebut akan ada Ijtimak Ulama ketiga. Sobri mengutarakan hal tersebut saat memberi sambutan dalam acara peringatan Isra Mi'raj di suatu tempat. Video saat Sobri membeberkan hal itu sudah tersebar di media sosial. Termasuk juga di laman Youtube yang diunggah akun Pecinta Habib Rizieq Shihab pada Rabu (24/4).
"Sekarang ini, mau tidak mau, ini harga diri rakyat, harga diri Bangsa Indonesia. Apa kita mau jadi bangsa yang curang? Yuk mari bersama-sama semua, umat Islam, Insyaallah sebentar lagi kita akan menggelar Ijtimak Ulama ketiga," ucap Sobri.
Ijtimak Ulama sudah pernah digelar dua kali oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama pada 2018 lalu. Dua ijtimak ulama yang digelar itu semuanya membahas terkait dukungan dalam Pilpres 2019.
Hasil Ijtimak Ulama I mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden dalam Pilpres 2019, serta harus memilih dari kalangan ulama sebagai calon wakil presidennya. Kala itu, belum diketahui siapa pendamping Prabowo sebagai capres yang didaftarkan ke KPU sebagai peserta Pilpres 2019.
Setelah Prabowo akhirnya memilih Sandiaga Uno sebagai cawapresnya, ijtimak ulama II pun digelar dan memutuskan mendukung keduanya. Pada momen yang sama, Prabowo juga menandatangi pakta berisi sejumlah janji yang akan dilaksanakan Prabowo jika terpilih sebagai preside..Selanjutnya